Categories Warta

Petanque, Olahraga Dari Permainan Tradisional Perancis yang Baru di Payakumbuh

Petanque merupakan permainan tradisional asal negara Prancis yang diperkenalkan oleh Jules Boule Lenoir pada 1907 di kota La Ciotat, di Provence, di selatan Prancis.

Kata Petan berasal dari kata Les Ped Tanco atau Petanca berdasar dialek Provençal dari bahasa Occitan yang berarti kaki rapat, salah satu teknik dasar bermain petanque adalah kaki yang rapat tidak mengangkat kaki yang menapak ke tanah.

Sedangkan di Indonesia petanque hadir pada 2011 ketika Indonesia menjadi tuan rumah SEA Games ke-26 di Jakarta – Palembang, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui KONI Provinsi Sumsel, menunjuk Perusahaan Daerah Pertambangan dan Energi untuk mengemban amanah yang diberikan untuk membentuk wadah olahraga ini sekaligus mencari calon-calon atlet untuk SEA GAMES 2011 di Palembang.

Sehingga PDPDE membentuk Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) pada 11 Maret 2011 dan membiayai kegiatan FOPI untuk SEA GAMES 2011 hingga pada 2019 olahraga petangque ini masuk ke Sumatera Barat dan tepat pada 8 Agustus 2022 pertama kali dibentuk di Kota Payakumbuh.

Ketua Umum FOPI Payakumbuh Irwan Hidayat mengatakan semuanya bermula dari sekumpulan kepramukaan dan mendapat mandate dari povinsi Sumbar untuk meneruskan membuka cabang FOPI di Payakumbuh.

“Di Sumbar itu sudah ada 17 kabupaten/kota yang baru membentuk pengurus cabang FOPI termasuk kita Payakumbuh. SK pertama kita keluar 8 agustus 2022 jadi masih baru banget kita merintisnya,” katanya saat ditemui sudutpayakumbuh.com di kawasan SDIT IPHI Kota Payakumbuh pada Selasa, 21 Februari 2023.

Menurutnya Petangque adalah olahraga yang menggabungkan dua olahraga, baseball dan bolling, dimana alat yang dibutuhkan berupa bola besi (bosi) dan bola kayu (boka) atau bisa disebut jack.

Ketua Bidang Pembinaan Prestasi, Penelitian dan Pengembangan Yosi Surya Nasri yang turut mendampingi Irwan menjelaskan teknik bermain petangque mengatakan awalnya bosi dipegang dengan posisi tangan menghadap ke bawah, keempat jari harus rapat dan satu ibu jari memegang jadi tidak semua bosi yang dipegang tapi setengah bosi.

“Cuma dia menempel, karena dia menempel di telapak tangan jadi dia terpegang setengah dalam genggaman. Jadi kita ayunkan perlahan sehabis putaran tangan kemudian di lempar ke depan sampai terdekat dengan boka atau jack,” katanya.

Selain disebut olahraga yang menggabungkan dua olahraga, petangque ini termasuk kepada olahraga akurasi yang sama dengan panahan. Kalau panahan agak lumayan mahal alatnya tapi ini bisa dipakai seumur hidup.

Untuk hitungan point menurutnya berdasarkan dari lemparan bosi yang paling dekat antara boka dan untuk kategori dalam permainan terbagi mulai dari single, double, triple dan shutter. Jadi ada 17 kategori digabung antara perempuan dan laki-laki.

Menurut Yosi selain shutter semua permainan mengumpulkan point dengan cara bosi harus sedekat mungkin dengan boka. Jika dua bosi yang dekat dengan jack, akan mendapatkan satu point tapi jika dua bosi sudah dekat dengan jack tapi diantara bosi satu dan dua diselingi dengan bosi lawan berarti hitungan pointnya tetap satu.

Tapi kalau tidak ada bosi lain yang mendekati bosi lawan sebaliknya yang dua ini menghalang dekat dengan jack itu dihitung menjadi dua point.

“Kalau kita menggunakan waktu permainannya itu lebih kurang 45 menit, dalam 45 menit itu kita hanya cukup mengumpulkan 13 point. Jika 13 point sudah terkumpul tidak harus sampai 45 menit tapi maksimal waktu yang digunakan itu lebih kurang 45 menit,” ujarnya.

Lebih lanjut Yosi menjelaskan untuk penilaian wasit atau disebut arbit, dalam sistem point wasit untuk satu wasit bisa mengamati 4 hingga 6 line, tapi jika sudah masuk system shutter untuk 1 permainan itu bisa menggunakan 2 hingga 3 arbit.

”Karena dalam sistem shutter ini memang harus teliti, mata pun tidak boleh beralih. Kita harus fokus kepada targetnya, jadi ada satu arbit lagi yang mengawasi dibagian circle. Dia ada empat circle itu,” ujarnya.

Selain hitungan point, untuk posisi berdiri pun memiliki aturannya yaitu menggunakan posisi berdiri dan jongkok dalam circle atau lingkaran di awal permainannya dan Lapangan tanah yang digunakan berukuran 4×15 untuk internasional dan nasional dan 3×12 untuk provinsi, permainan sendiri harus diantara 6-10 meter saat melemper boka.

“Ini olahraga musyawarah kesepakatan kita bersama dan kita berkomptisi tapi dalam permainannya ada unsur-unsur kekeluargaan dan Alhamdulillah kita sudah mendapatkan dukungan penuh dari Disdik untuk adakan pelatihan sehari kepada seluruh guru olahraga yang ada di Payakumbuh serta melakukan sosialisasi dan open turnamen di Payakumbuh Timur tingkat SD,” ujar Irwan.

Ia menambahkan bahwa permainan petangque ini bisa dimainkan oleh semua kalangan dan tidak ada batasan usianya, dimana kalau masih kuat melempar silahkan ikut karena tidak ada batas usia dan itu tergantung kompetisi yang ada atau digelar.

Menurutnya, meski olahraga ini terlihat baru di Payakumbuh tapi banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh ketika melakukan permainan seperti dapat mengasah pola pikir lewat strategi-strategi yang digunakan saat di lapangan, kemudian melatih otot pangkal lengan dan paha agar tidak merasa kaku.

“Lebih banyak pola pikir sih bagaimana mengatur strategi mengalahkan lawan. Olah otak. olah tenaga semua didapat di sini, kita juga ada latihan fisik,” jelas Irwan.

Homebase FOPI Payakumbuh bisa ditemui setiap Minggu pagi di lapangan tanah dekat Lapangan Kapten Tantawi dan untuk kepengurusan FOPI Payakumbuh sudah beranggotakan 18 orang, sedangkan untuk atlet masih dalam tahap mencari.

“Sejauh ini untuk latihan sudah ada lima club yang bergabung, diantaranya club Syeick Ibrahim harun, Cahaya islam, Madani, Muhammadiyah, SD 19,” ujarnya.

Menurut Irwan untuk ke depannya bisa membuka Open Turnament di Payakumbuh Timur. Baginya dan Yosi olahraga ini sangat merakyar dan terbilang baru di Payakumbuh yang perlu dirintis pelan-pelan goalsnya.

“Mudah-mudahan ini akan menjadi sebuah Liga Payakumbuh, bukan hanya Open tournament saja, tapi ini akan kita buat liga antara club-club yang ada di Payakumbuh, karena liga ini berkelanjutan ada rentang waktunya dan untuk Alat pun belum semuanya lengkap, kendala dalam pengembangan sih di alatnya, semoga nanti karena udah dapat dukungan dari Pemda sekurang kurangnya ada lagi 2 set bola,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *