SudutPayakumbuh.com – Karut marut dunia sepakbola Indonesia sepertinya tidak pernah ada habisanya. Usai PSSI di dibekukan oleh FIFA, hingga penjatuhan sanksi dan terakhir adanya kasus match fixing membuat dunia sepakbola di Indonesia semakin memberikan gambaran yang sangat suram ke depannya.
Namun hal tersebut sepertinya tidak membuat Indra Jaya patah arang dalam membina pemain muda berbakat lewat Sekolah Sepak Bola (SSB) Tunas Putra yang berdiri sejak 20 Oktober 2010. Dalam rentang waktu lima tahun terakhir, banyak suka duka yang dialami oleh pelatih yang sering memakai topi ini.
Saat ditemui di rumahnya, Sabtu (21/6), Indra mengatakan sebagai salah satu SSB dari 20 SSB yang ada di Kota Payakumbuh tetap bertahan di tengah keterbatasan yang ada. Ia mengakui dalam membina generasi muda yang pada umumnya masih anak-anak ini banyak kendala yang dihadapinya, terutama dana untuk biaya operasional.
“Anak-anak yang baru masuk dibebankan uang pendaftaran sebesar Rp 50.000 dan per bulannya Rp 20.000. Semua itu untuk melengkapi perlengkapan latihan seperti bola kaki, rompi, dan perlengkapan lainnya dalam latihan,” ujar mantan pemain PS. Sunrise Labuh Basilang era tahun 2000 an tersebut.
Bermarkas di Lapangan SMAN 2 Payakumbuh Bukit Sitabur, SSB Tunas Putra telah beberapa kali mengikuti turnamen dan liga yang ada di Kota Payakumbuh. Beberapa turnamen yang pernah diikutinya adalah Pra Liga SSB Kota Payakumbuh, Pra Danone, Liga Danone, Merpati Cup, dan Lintau Cup.
“Prestasi yang pernah diraih Juara I Pra Danone tahun 2003, Juara I Merpati Cup, Runner Up Liga SSB Kota Payakumbuh, Runner Up Lintau Buo Cup, dan 4 besar Danone Cup serta beberapa kali mengirimkan pemain mengikuti Danone Cup salah satunya M. Kevin pada Danone Cup 2013 tingkat Nasional,” kata Indra Jaya, mantan pelatih SSB Kota Biru ini.
Ia mengatakan, anak asuhnya pada umumnya berasal dari daerah atau kelurahan yang ada di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh. Namun beberapa pemain pun juga tercatat berasal dari luar kota seperti dari Bukittinggi.
“SSB Tunas Putra menjalani latihan sebanyak tiga kali seminggu yaitu Selasa, Kamis, dan Minggu pada sore harinya. Selain melatih teknik dalam bermain baik itu individu maupun tim, juga dilakukan ujicoba antar SSB yang dilakukan minimal satu kali sebulan agar melatih pemain untuk menampilkan apa yang telah dipelajarinya selama latihan,” ujarnya.
Khusus dibulan Ramadhan ini, Indra mengatakan sedikit mengurangi materi latihan dari biasanya. Hal ini diungkapkannya karena mengingat banyak pemain yang masih anak-anak agar nantinya puasa yang dijalani tetap berjalan dengan lancer tanpa hambatan.
“Meskipun bulan puasa kita tetap latihan. Tapi porsi dan materi latihan kita kurangi mengingat kondisi anak-anak yang tengah berpuasa,” ujar pelatih berumur 36 tahun yang lahir di Payakumbuh, 18 Januari 1979 ini.
SSB Tunas Putra dimanajeri oleh Yuhardi dengan Ketua Iswandi dan Sekretaris M. David. Saat ini dengan kondisi sepakbola Indonesia yang tidak menentu akan masa depannya, ia tetap berharap ke depannya anak asuhnya dapat menjadi seorang pemain bola yang berbakat dan memiliki talenta yang luar biasa nantinya.
“Semoga aka nada penyelesaian dari pemerintah pusat akan nasib organisasi tertinggi sepakbola Indonesia tersebut nantinya. Kemudian kepada anak-anak yang telah berlatih di Tunas Putra ini dapat menjadi pemain yang membanggakan dengan kemampuan yang dimilikinya. Menjadi seorang pesepakbola profesional dan bisa membanggakan orang tua, pelatih, kota asal, dan Negara ini tentunya,” kata Indra yang ditemui di Toko Tunas Sport sebagai basecamp dari SSB Tunas Putra. (*)