Categories Berita Sudut

Inovasi Pangan Lokal: Dosen PPNP Sulap Jamur Tiram Jadi ‘Daging Burger’ Alternatif

PAYAKUMBUH — Kelompok Wanita Tani (KWT) Bunda Sakato di Kelurahan Parambahan, Kota Payakumbuh, kini memiliki produk olahan baru yang menjanjikan. Melalui kolaborasi dengan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh (PPNP), mereka berhasil menciptakan Patty Burger Analog berbahan dasar jamur tiram, sebuah inovasi yang berpotensi meningkatkan nilai jual komoditas lokal.

Menurut Elva Amurita Zebua, STP M.Si, salah satu dosen tim peneliti, inovasi ini bermula dari permasalahan yang dihadapi petani jamur tiram di Payakumbuh, yang dikenal sebagai penghasil jamur tiram terbesar di Sumatera Barat.

“Pemasaran jamur segar tanpa pengolahan lanjutan membuat nilai jualnya relatif rendah dan mudah rusak. Kami melihat potensi besar untuk mengolahnya menjadi produk yang lebih awet dan menarik,” ujar Elva didampingi Dr. Ir. Susi Desminarti, M.Si.

Ia menjelaskan bahwa penelitian berjudul ‘Pemanfaatan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) dalam Pembuatan Patty Burger Analog’ ini dilaksanakan dari 17 Maret hingga 20 Juni 2025.

“Tim peneliti yang terdiri dari dua dosen, Elva Amurita Zebua dan Dr. Ir. Susi Desminarti, M.Si, serta tujuh mahasiswa Program Studi Teknologi Rekayasa Pangan (TRP) PPNP, bekerja sama dengan 13 anggota KWT Bunda Sakato,” katanya.

Ia menambahkan bahwa Patty burger analog sendiri merupakan daging tiruan yang populer di kalangan vegetarian. Produk ini tidak menggunakan daging hewani sama sekali, melainkan mengandalkan protein nabati dari bahan seperti jamur.

Menurutnya, inovasi ini membuka peluang besar, terutama karena patty burger dapat diolah menjadi produk makanan beku (frozen food) yang praktis, tahan lama, dan memiliki nilai jual lebih tinggi.

“Kami melakukan uji sensori terhadap empat formulasi dan dua metode pengolahan berbeda,” tambah Elva.

Hasilnya, tim berhasil menemukan formula dan prosedur yang paling tepat, yang menghasilkan patty burger dengan tekstur, rasa, dan aroma yang menyerupai daging asli. Anggota KWT Bunda Sakato sendiri bertindak sebagai panelis untuk menilai produk yang dihasilkan.

Dengan adanya teknologi tepat guna ini, diharapkan KWT Bunda Sakato tidak hanya meningkatkan nilai tambah dari jamur tiram, tetapi juga membuka peluang usaha baru yang berdaya saing di pasaran.

“Kami berharap teknologi ini dapat memberikan dampak positif dalam peningkatan perekonomian anggota KWT dan menjadi acuan untuk pengembangan pengolahan pangan lokal lainnya di Kelurahan Parambahan,” tutup Elva.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *