Categories Berita Sudut

Nurul, Pedagang Buah Polom di Sariak Laweh

Di Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota, musim buah polom tengah merekah. Sepanjang jalan, para penjual berjejer, menawarkan buah yang selalu banyak diincar itu, seakan menyimpan cerita musim yang selalu kembali. Fenomena ini pun ramai mewarnai media sosial, dari Facebook hingga Instagram, dalam sebulan terakhir banyak orang-orang memanfaatkan momen ini dan menjualnya di kanal media sosial.

Di Jorong Sawah Padang, Nagari Sariak Laweh, Kecamatan Akabiluru, seorang siswi kelas 5 SD, Nurul Halimah, tampak menjajakan buah polom dengan wajah ceria. Beberapa buah terlihat sudah pecah, sebagian lain masih utuh berkilau.

“Udah 1 bulan lebih jualan, sehari biasanya 5 kalau nggak 6 kilo terjual. Kalau ibu ke pasar Ibuah, jualan ubi,” ujarnya dengan polos.

Anak yang penuh semangat ini menambahkan, jika ia turut menjual buah polom di sekolahnya yang berawal saat ada pesanan yang dibawanya dari rumah.

“Awal-awalnya di sekolah itu dipesan di bawa dari rumah, dan sekarang karena boleh jualan sama guru, Nurul jualan juga di sekolah,” kata murid SDN 03 Sariak Laweh itu.

Di tengah dunia anak-anak yang sering terjebak layar gawai, Nurul memilih jalan berbeda yaitu membantu meringankan beban orang tua. Pohon polom milik keluarganya berdiri tak jauh, hanya sekitar 20–30 meter dari rumah. Setiap pagi, pukul setengah enam, ia telah menembus semak-semak untuk memungut buah yang jatuh dari ranting.

“Soal harga, kalau yang pecah itu dijual 3 ribu bisa juga 2 ribu, kalau yang bagus 5 ribu,” ujarnya saat ditemui Selasa (23/9/25).

Nurul, anak yang berbakti, fasih menuturkan pekerjaan kedua orang tuanya, sang ibu pedagang ubi di pasar, sang ayah kuli pasir di sungai. Di tangannya yang mungil, buah polom bukan sekadar dagangan, tapi juga wujud cinta seorang anak kepada keluarga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *