Categories Berita Sudut

Langkah Samsara Tour 2025: Jejak Aksara di Beberapa Daerah di Sumatra Barat

Jejak Aksara memilih Sumatra Barat sebagai persinggahan penting dalam rangkaian tur musik mereka tahun ini. Band folk asal Makassar yang mengusung konsep musikalisasi puisi itu tengah menggelar Langkah Samsara Tour 2025, sebuah kampanye jalanan untuk memperkenalkan album kedua mereka yang belum resmi dirilis.

Setelah membuka lingkar di Pustaka Steva, Padang, langkah mereka berlanjut dari satu sudut Minang ke sudut lain: Parewa Coffee di Padang, Tebing Coffee di Lima Puluh Kota, hingga Universitas Negeri Padang.

“Kita lagi dalam rangka tur Langkah Samsara Tour 2025. Tur ini sebenarnya kampanye album kedua kami. Album kedua belum kami rilis, dan ini adalah kampanye untuk mengenalkan album tersebut,” ujar mereka saat berbincang dengan akun @gigs_padang di Pojok Steva, Padang, pada Minggu (28/9).

Jejak Aksara berdiri pada 22 Desember 2018, bertepatan dengan Hari Ibu. Band ini lahir dari kolaborasi Ciwang dan Aji, dua musisi yang melihat potensi puitis dalam musik folk. Setahun kemudian, mereka merilis mini album perdana Hujan Desember berisi enam lagu. Album itu melambungkan nama mereka di skena musik independen. Namun, pada Maret 2024, Aji memilih berpisah, dan Jejak Aksara kemudian dijalankan solo oleh Ciwang dengan dukungan musisi tambahan.

Perubahan itu tak menghentikan langkah mereka. Pada akhir Oktober 2024, Jejak Aksara memperkenalkan dua anggota baru: Gege sebagai vokalis dan Felix sebagai pemain biola. Kehadiran keduanya membawa warna baru, memperkaya tekstur musik yang sejak awal memang dirancang untuk menyatukan kekuatan puisi dan nada. Kini formasi mereka terdiri dari Ciwang, Gege, dan Felix.

Di Lima Puluh Kota, salah satu titik tur yang mereka pilih adalah Tebing Coffee yang berlokasi di Dangung-Dangung, Guguak VIII Koto, Kecamatan Guguak. Kafe ini menawarkan berbagai varian kopi cappuccino, americano, kopi susu, hingga kopi hitam dengan kualitas terjaga. Suasana sejuk dan dekorasi fotogenik membuatnya tak hanya tempat minum kopi, tetapi juga ruang pertemuan komunitas.

Tur kali ini seakan mengulang jejak awal band itu lahir. Sumatra Barat menghiasi perjalanan mereka, bukan hanya sebagai latar geografis, tetapi juga simbol kultural. Dari kedai kopi di tepi laut hingga ruang kampus, perjalanan ini menjadikannya sebagai akar kolektif yang ingin mereka rawat.

“Sumatra Barat jadi persinggahan penting, sebelum Langkah Samsara menyeberang ke Kuala Lumpur dan akhirnya pulang ke Makassar,” tulis akun resmi @jejakaksaraofficial.

Dalam setiap panggungnya, Jejak Aksara berusaha merawat keintiman. Musik dan puisi mereka bukan sekadar hiburan, melainkan pengalaman artistik yang memikat. Dengan tur ini, mereka hendak memberi tanda: perjalanan musik tak melulu tentang rilis album, tetapi tentang bagaimana karya bisa berdenyut bersama ruang dan penontonnya.

Ketika ditanya Sudutayakumbuh.com pada Selasa (30/9), Jejak Aksara menambahkan alasan khusus mengapa Sumatra Barat menjadi pilihan tur.

“Harapannya, bisa memperkenalkan Jejak Aksara ke teman-teman di Sumatra Barat. Karena Sumatra Barat dikenal sebagai lumbungnya kata-kata, kami merasa punya kedekatan dengan warga Sumatra Barat,” ujar mereka. Ciwang mengakui, pengalaman pribadinya turut memengaruhi keputusan ini.

“Dulu saya pernah beberapa bulan menetap di Padang, dan itu menjadi cikal bakal ide band ini dibentuk. Jadi ke Sumbar ini semacam napak tilas. Pulang kampung gitulah bagi Jejak Aksara.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *