Kabar orang hilang kembali mengusik ketenangan warga Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota. Dalam dua pekan terakhir, berita serupa berseliweran di media sosial, memperlihatkan bagaimana keresahan publik tumbuh bersama rasa waswas yang menggantung di tiap lini komentar. Kali ini, nama Herman (62 tahun), warga Jorong Tigo Balai, Nagari Lubuak Batingkok, Kecamatan Harau, jadi sorotan. Ia dilaporkan hilang sejak Senin sore, 6 Oktober 2025, dan baru ditemukan Rabu pagi, 8 Oktober 2025, dalam kondisi lemah di dekat sebuah laundry di kawasan SMP Negeri 1 Bungo Setangkai.
Menurut keterangan keluarga, Herman meninggalkan rumah sekitar pukul 17.00 WIB dalam keadaan linglung dan biasanya, saat Herman hilang, pada malam hari keluarga berhasil menemukan.
“Tapi kali ini berbeda, tanggal 6 sore itu, Herman pergi naik motor dan tidak tahu ke mana. Korban memang sudah lama memiliki gangguan mental semenjak berpisah dengan istri sekitar satu tahun lalu. Kami rutin membawanya berobat sebulan sekali. Kadang beliau tampak sehat, kadang tidak,” katanya.
Pencarian dimulai dengan menyisir sejumlah wilayah di sekitar Harau. Keluarga memeriksa rekaman CCTV di daerah Lubuak Batingkok.
“Kami lihat beliau terekam sedang mengendarai motor. Dari situ kami terus mencari sampai malam, ke Taeh Bukik, Simalanggang, dan Taram, sambil kami sebarkan kabar lewat media sosial,” kata Afriadi.
Hingga Rabu pagi, kabar datang dari warga. Herman ditemukan, tanpa baju dan sandal, dengan kondisi masih linglung di sekitar SMPN 1 Bungo Setangkai.
“Padahal waktu berangkat, di CCTV, beliau masih lengkap berpakaian,” ujar Afriadi (keluarga korban) kepada sudutpayakumbuh.com ketika ditemui Rabu (08/10/2025). Beberapa waktu berselang, kabar lain menyusul, dimana motor milik Herman ditemukan terpisah, di daerah Balai Rupih.
Kini, setelah pencarian yang penuh cemas itu berakhir, warga kembali menarik napas lega. Namun kejadian ini menyisakan satu pesan samar: bahwa di balik hiruk pikuk kabar orang hilang di Payakumbuh dan Lima Puluh Kota, ada wajah-wajah rapuh yang diam-diam menanggung perihnya kesepian.
