Nagari Lubuak Batingkok, Kecamatan Harau, disana merupakan tempat komunitas Teater Sambilan Ruang berada, awalnya, kelompok ini hanyalah ruang diskusi kecil di bangku perkuliahan. Mereka menamainya Kelompok Sandiwara Sambilan Ruang yang lain juga mengenalnya dengan nama Teater Sambilan Ruang. Inisiatif ini mulanya muncul di Padang Panjang dari beberapa penggiat yang haus akan ruang dialog kreatif: Abdul Hanif, Ega Novia Sari, Rahmad Al Akbar, Agita Muliadi, Fauzan Husni Sulaiman, dan Fitri Noveri.
Komunitas ini lahir mulanya dari sekelompok mahasiswa yang haus akan ruang dialog kreatif di Padang Panjang. Awalnya mereka menamakan diri Kelompok Sandiwara Sambilan Ruang, namun seiring waktu, publik lebih mengenal mereka dengan sebutan Teater Sambilan Ruang.
Kini, kelompok yang bermarkas di Nagari Lubuak Batingkok, Kec. Harau Harau itu tengah menapaki babak baru: tampil di panggung internasional. Mereka bakal berpartisipasi dalam “International Atra Semester Showcase” di Universiti Sains Islam Malaysia, Negeri Sembilan, pada 8 November 2025 mendatang. Setelah itu, rentang 10 hingga 15 November kecuali tanggal 12 mereka akan tampil di Revolution Stage, sebuah ruang pertunjukan independen di Petaling Jaya, Selangor. Sedangkan pada 12 November, pentas akan digelar di Universiti Teknologi MARA (UiTM), Selangor.
Dalam tur Malaysia ini, Teater Sambilan Ruang akan menampilkan naskah terbarunya berjudul “Bayang Kaki Limo” atau “The Sidewalk Glooms.” Karya ini ditulis oleh Fitri Noveri, yang juga menjadi sutradara. Naskah tersebut berisi semacam refleksi sosial.
Ketika diwawancarai sudutpayakumbuh.com, Dede Pramayoza, dosen sekaligus Kaprodi Seni Teater ISI Padang Panjang yang turut mendampingi keberangkatan kelompok ini, mengungkapkan bahwa persiapan sudah hampir rampung. “Sejauh ini persiapan pementasan Teater Sembilan Ruang yang akan membawakan naskah lakon Bayang Kaki Limo atau The Sidewalk Glooms ini sudah mencapai 80% ya. Jadi kita memasuki tahapan finishing touch atau sentuhan akhir terhadap pertunjukan ini,” ujarnya.
Dede melanjutkan, “Kita juga sudah cukup terbantu karena pementasan ini sebenarnya dengan versi yang berbeda itu sudah dipentaskan beberapa waktu lalu dalam gelaran Djakarta International Theater Platform (DITP) di Taman Ismail Marzuki.”
“Naskah Bayang Kaki Lima atau kita terjemahkan menjadi The Sidewalk Glooms sekarang adalah sebuah naskah lakon yang ditulis oleh Fitri Noveri yang sekaligus juga adalah sutradara dan kemudian proses translasi dan juga proses penyesuaiannya dengan berbagai konteks kebutuhan pementasan itu dibantu atau berdialog dengan Dede Pramayoza sebagai dramatur dan juga ada Alung Silalahi dari Malaysia sebagai co-dramaturg dan juga ada Fadlul Rahman dari ISI Padang Panjang yang juga berperan sebagai co-dramaturg,” ungkapnya.
Dede menaruh harapan besar pada keberangkatan Teater Sambilan Ruang kali ini.
“Ya, kita berharap dengan pementasan di tiga tempat di negeri jiran ini… kita dapat memberi kesempatan kepada Teater Sambilan Ruang secara khusus dan kepada grup-grup teater di Sumatra Barat untuk memiliki jaringan kerja sama pertunjukan dengan negeri jiran, yang kita harapkan di masa yang akan datang bisa membentuk satu ekosistem baru,” ujarnya.
Dari ruang kecil di Lubuak Batingkok menuju panggung-panggung di Malaysia, Teater Sambilan Ruang membuktikan bahwa kreativitas tak selalu butuh gedung megah. Yang dibutuhkan hanyalah tekad untuk terus menyalakan api seni, meski dari ruang sederhana yang bergaung hingga seberang negeri.
