Anggota Komisi I DPR RI Mulyadi Fasilitasi Seminar Netizen Beretika di Payakumbuh

Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Mulyadi yang sekaligus memfasilitasi kegiatan, secara resmi membuka Seminar Literasi Digital dengan tema Menjadi Netizen yang Beretika di Aula SKB Payakumbuh, Rabu (17/12/2025) sore.

Kegiatan ini diikuti puluhan peserta dari kalangan Organisasi Kepemudaan, Insan Pers se-Payakumbuh dan Limapuluh Kota, BEM Mahasiswa se-Payakumbuh.

Lalu dihadiri Ketua Fraksi Demokrat Sumbar, Donny Hashifa, Ketua UKP Se-Kota Payakumbuh, Ketua PWI Payakumbuh-Limapuluh Kota.

Anggota Komisi 1 DPR RI, Mulyadi dalam sambutannya mengatakan perkembangan media sosial di Indonesia sangat pesat seiring meningkatnya jaringan internet.

“Ada 78 persen masyarakat sudah terhubung ke internet. Kondisi ini mampu menjadikan ruang publik baru untuk membentuk pola pikir dan membangun budaya sosial dan nasional. Nilai tersebut tidak hanya di ruang fisik tapi juga di ruang daring,” ucapnya.

Ia juga menambahkan bahwa ruang digital harus mampu dikendalikan dan fakta di dalamnya menimbulkan dampak positif dan negatif yang dirasakan masyarakat.

“Ke depannya bisa memperbanyak lagi sosialisasi kepada masyarakat, agar medsos itu digunakan secara baik dan tidak dimanfaatkan oleh kepentingan lain,” ujarnya.

Menurutnya konten yang tidak bertanggung jawab dapat merusak kehidupan bangsa dan negara. Tanggung jawab berdampak pada hukum. Generasi muda akan jadi aktor utama untuk membentuk regenerasi selanjutnya.

“Seminar ini tidak hanya berhenti di Payakumbuh saja tapi juga di kota lainnya seperti Limapuluh Kota, Bukittinggi dan lainnya. Semoga lahir sikap dan etika dalam bermedia sosial di ruang digital, jangan sampai tinggalkan nilai budaya sendiri,” ujarnya.

Kegiatan dilanjutkan dengan materi dari Founder Sudut Payakumbuh, Ade Suhendra dengan tema Membangun Tanggung Jawab dan Integritas di Ruang Digital bersama Ketua KNPI Payakumbuh, Rahmanda Fajri dengan tema Bijak Dalam Penggunaan Media Sosial.

“Konten viral tidak sama dengan konten bermoral, konten kreator tidak mengejar engagement tapi harus beredukasi dan bertanggung jawab,” ucapnya.

Menurut Ade, untuk rekan-rekan wartawan, etika digital dalam profesi jurnalis yang harus diperhatikan adalah akulturasi lebih penting dari kecepatan.

“Cover both side, tidak menghakimi, menghindari clickbait berlebihan, mengikuti kode etik jurnalistik,” ujarnya.

Senada dengan itu, Fajri dalam materinya juga menyebutkan bahwa media sosial itu ruang berekspresi, ada sekitar 2496 orang terkait persoalan masalah media digital.

“Generasi millenial cendrung gunakan facebook, generasi Z cendrung tiktok instagram, masing-masih medsos miliki persoalannya masing-masing dan jempol kita dalam main medsos harus dijaga,” tutupnya. (Laila Lubis)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *