Geografi Revolusi: Menelusuri Persinggahan Tan Malaka

Meski tak satupun suratnya dibalas oleh Syarifah Nawawi, bagi sosok revolusioner seperti Tan Malaka, hidup tetap harus berjalan, meski tersandung oleh cinta sekalipun.

Di antara rindu yang tak sampai, ia menapaki jalan sunyi menuju takdirnya sendiri. Dahulu ia bermimpi menjadi guru, namun takdir menggiringnya lebih jauh, ke medan sejarah, ke gelanggang perjuangan yang menuntut lebih dari sekadar pena dan papan tulis.

Di Rijkskweekschool, Belanda, ia belajar bukan hanya ilmu, tetapi makna perlawanan. Di Haarlem, kota dingin yang ditinggal mati ratusan pabrik bir, Tan Malaka berjumpa dengan sosialisme, sebuah ide yang kelak menjelma bara di dadanya. Namun laboratorium sejatinya bukan di Eropa, tapi di tanah Deli, di antara anak-anak buruh perkebunan teh Belanda, tempat ia memahami arti sesungguhnya dari penderitaan, ketidakadilan, dan cinta yang menemukan wujudnya dalam perjuangan.

Berikut adalah rangkuman tahun, dan tempat dimana Tan Malaka berada, yang diperoleh dari buku ”Tan Malaka Bapak Republik yang Dilupakan, Seri Buku Tempo: Bapak Bangsa”

  1. Sumatra Barat. Tan melanjutkan sekolah ke Rijks Kweekschool, Haarlem, Belanda. Berangkat dari Teluk Bayur, Oktober 1913.
  2. Haarlem, Belanda. Berkenalan dengan politik. Saat pulang kampung pada November 1919, cita-citanya cuma satu: mengubah nasib bangsa Indonesia
  3. Deli, Sumatra Utara. Menjadi guru sekolah rendah di perkebunan teh Belanda. Hengkang ke Semarang pada 1921.
  4. Semarang, Jawa Tengah. Bergabung dengan Sarekat Islam. Aktif menyatukan gerakan komunis dengan Islam untuk menghadapi imperialisme Belanda. Gara-gara ini, pada 13 Februari 1922 ia ditangkap Belanda di Bandung.
  5. Jakarta. 1 Mei 1922, Tan dibuang ke Amsterdam.
  6. Belanda. Menjadi calon anggota parlemen nomor 3 di Partai Komunis Belanda.
  7. Jerman. Melamar menjadi legiun asing, tapi ditolak. Di Berlin, bertemu Darsono, pentolan Partai Komunis Indonesia.
  8. Rusia. November 1922, mewakili Partai Komunis Indonesia dalam konferensi Komunis Internasional (Komintern) keempat di Moskow. Diangkat sebagai Wakil Komintern untuk Asia Timur di Kanton, Pindah ke sana pada Desember 1923
  9. Kanton. Menerbitkan majalah The Dawn dan menulis buku Naar de Republiek Indonesia pada 1925. Menerima kabar ayahnya meninggal.
  10. Filipina. Juni 1925 menyelundup ke Manila untuk menyembuhkan sakit paru-parunya. Memakai nama Elias Fuentes, bekerja sebagai koresponden El Debate.
  11. Singapura. Awal 1926 masuk Singapura memakai nama Hasan Gozali, orang Mindanao. Menulis buku Massa Actie.
  12. Thailand. Juli 1927 mendirikan Partai Republik Indonesia di Bangkok.
  13. Filipina. Agustus 1927 ditangkap polisi Filipina. Tengah malam, September 1927, diusir dan dititipkan di kapal Suzanna tujuan Pulau Amoy di Cina.
  14. Pulau Amoy (Xiemen) Ketemu Sinse Choa, tabib tua dari Desa Chia-be, memberinya dua jenis ramuan yang harus dimasak bersama bebek dan penyu. Mula-mula, enam ekor bebek digodok satu per satu setiap minggu dengan campuran ramuan rahasia. Lalu, dilanjutkan dengan satu-dua ekor penyu, juga direbus bersama ramuan itu.
  15. Shanghai. Pada 1930 masuk Shanghai dengan menyamar sebagai Ossario, wartawan Filipina untuk majalah Bankers Weekly. Oktober 1932 pindah ke Hong Kong karena pecah perang antara Cina dan Jepang.
  16. Hing Kong. Tan tertangkap. Pada Desember dibuang ke Shanghai.
  17. Pulau Amoy. Kabur dari kapal. Pada 1936 mendirikan sekolah bahasa Inggris dan Jerman. Ketika Jepang menyerang Amoy setahun kemudian, ia lari ke Burma.
  18. Singapura. Abak Rasad Chaniago itu turun di Singapura, “Namun saya tiada mau memakai kesempatan itu, karena dengan begitu saya akan kehilangan uang US$ 25,” tulis Ibrahim malang. Ini uang yang diminta nakhoda sebagai jaminan bahwa dia akan turun di Rangoon.
  19. Burma. Tiba di Rangoon pada 31 Agustus 1937. Sebulan di Rangoon, la kembali ke Singapura.
  20. Singapura. Mengajar bahasa Inggris dan matematika di sekolah Tionghoa. Ketika Jepang menyerbu, ia pulang ke Indonesia melalui Penang pada Mei 1942
  21. Penang, Malaysia. Berlayar ke Medan pada 10 Juni 1942 dengan mengaku sebagai Legas Hussein.

Itu beberapa tempat persinggahan Ibrahim Dt. Tan Malaka dan aktivitas yang ia lakukan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *