Setiap tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional, tentunya pada perayaan tersebut semuanya difokuskan kepada anak-anak, berbagai kegiatan turut membersamai perayaan tersebut, baik itu kegiatan di Kota dan Kabupaten.
Tapi, Tahukah Anda? Bagaimana awal mulanya Hari Anak ini tercetus di Indonesia? Bersumber dari laman antaranews menyebutkan peringatan Hari Anak Nasional bermula dari gagasan Kongres Wanita Indonesia (Kowani) yang didirikan pada 1946, dan berakar dari Kongres Perempuan Indonesia I pada 22 Desember 1928.
Dalam sidang tahun 1951, Kowani mengusulkan adanya Hari Kanak-Kanak Nasional. Usulan ini kemudian direalisasikan pada tahun 1952 dengan diselenggarakannya Pekan Kanak-Kanak yang diwarnai pawai anak-anak di Istana Merdeka dan disambut langsung oleh Presiden Soekarno.
Tetapi penetapan tanggal peringatan sempat berubah-ubah. Awalnya ditetapkan pada minggu kedua bulan Juli berdasarkan Sidang Kowani di Bandung tahun 1953. Lalu, pada 1959, pemerintah menetapkan peringatan pada 1–3 Juni karena berdekatan dengan ulang tahun Presiden Soekarno dan Hari Anak Internasional.
Akhirnya, pada masa Orde Baru, Presiden Soeharto melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 44 Tahun 1984 menetapkan tanggal 23 Juli sebagai Hari Anak Nasional, menyesuaikan dengan disahkannya UU Kesejahteraan Anak. Sejak saat itu, 23 Juli menjadi momen reflektif yang dirayakan setiap tahun.
Nah, di tahun 2025 ini, Hari Anak Nasional mengusung tema “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Emas 2045”, yang menekankan pentingnya pembentukan generasi penerus yang tangguh, cerdas, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Puncak perayaan HAN 2025 dijadwalkan berlangsung pada hari Rabu, 23 Juli 2025, dengan berbagai kegiatan yang digelar oleh kementerian, lembaga, dan organisasi masyarakat secara mandiri di wilayah masing-masing.
Semua kegiatan diarahkan untuk menempatkan anak-anak sebagai subjek utama dan penerima manfaat langsung dari setiap program yang dijalankan.
