Categories Berita Sudut

Mengenal Syekh Angku Lakuang Karamaik: Ulama Asal Simpang Sugiran Tokoh Tarekat Syattariyah

Syekh Angku Lakuang Karamaik adalah salah seorang ulama sufi di pedalaman Luhak Limo Puluah, tepatnya di Nagari Simpang Sugiran, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota.

Beliau merupakan ulama yang dahulu cukup masyhur hingga ke wilayah Kabupaten Agam, khususnya Kamang, berkat sumbangsihnya pada masa peristiwa Perang Kamang. Murid-murid beliau banyak pula berasal dari Kamang, Agam. Di antara peninggalan beliau masih tersisa tongkat yang selalu dibawanya ke mana pun pergi, sebilah karih, sebuah mushaf Al-Qur’an kecil, kita perihal martabat tujuh, serta surau yang hingga kini tetap berdiri kokoh.

Masjid peninggalan beliau di Simpang Sugiran adalah yang tertua di kawasan itu. Sebelum masjid berdiri, telah ada surau kecil yang beliau bangun di dekat gubahnya, namun kini surau itu sudah tiada. Di sekitar kompleks makam beliau terdapat pula beberapa pusara yang diyakini merupakan murid-murid beliau pada masa lampau. Kekeramatan beliau dikenal luas dan menjadi kisah yang diwariskan turun-temurun.

Dikisahkan, pada masa gejolak di Kamang, beliau pernah ditangkap tentara Belanda. Tubuhnya dimasukkan ke dalam kuali besar berisi air mendidih. Anehnya, beliau justru merasa kedinginan, membuat tentara Belanda keheranan.

Karomah lain dari ulama tarekat Syattariyah ini terjadi ketika para muridnya mengangkat kayu dari hutan untuk pembangunan surau. Jarak hutan sekitar 1,8 kilometer, dan ketika murid-murid keletihan serta kehausan, beliau menancapkan tongkatnya ke tanah. Dari sana memancar mata air, yang hingga kini masih ada dan dikenal oleh orang-orang tua di Simpang Sugiran.

Orang-orang Kamang, Kabupaten Agam, sebelum pergi berperang, kerap datang kepada beliau untuk melaksanakan “mandi paliamauan.” Seorang Buya yang enggan disebutkan namanya menuturkan bahwa Syekh Angku Lakuang Karamaik dikenal sebagai pengamal Tarekat Syattariyah.

Masjid peninggalan beliau memang telah beberapa kali direnovasi. Namun, keluarga keturunannya menolak mengganti tonggak utama masjid yang telah berumur lebih dari satu abad dan terletak di tengah bangunan. Hal itu ditegaskan oleh Efrinaldi ketika diwawancarai.

Di Simpang Sugiran sendiri terdapat pula sebuah surau lain di daerah Sipinang, bernama Surau Rawang. Ajaran yang dikembangkan di sana adalah Tarekat Naqsyabandiyah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *