Menyusuri Jejak Syekh Angku Cibodak di Balai Kaliki: Ulama yang Pernah Menjaga Gurunya di Ujung Sakit

Di sebuah sore yang lengang di Kelurahan Kotokociak Kubu Tapakrajo, Kecamatan Payakumbuh Utara, langkah kami berhenti di sebuah area yang tak jauh dari RSUD dr. Adnan WD. Di sanalah, di RW 3 Balai Kaliki, tersimpan jejak seorang ulama yang namanya masih bergema lirih di antara generasi tua: Syekh Angku Cibodak. Ia dikenal sebagai murid dari Maulana Syekh Mudo Abdul Qadim Belubus, tokoh besar Tarekat Naqsyabandiyah–Sammaniyah di tanah Minangkabau.

Usianya mungkin sudah sukar dilacak dengan pasti, namun satu hal yang diketahui, beliau wafat pada tahun 1955. Waktu yang telah menyingkir begitu jauh, namun meninggalkan sisa kisah yang masih berdenyut di ingatan masyarakat sekitar.

Diriwayatkan, ketika Syekh Mudo Abdul Qadim jatuh sakit, ia sempat dirawat di rumah sakit yang kini berdiri tak jauh dari makam muridnya itu. Kala itu, arus tamu datang tiada henti. Para murid, santri, dan masyarakat berdatangan menengok sang guru hingga pihak rumah sakit kewalahan menampung mereka. “Kenapa tidak, seorang ulama besar sedang sakit, siapa yang tak akan sedih melihat hal itu,” tutur seorang warga tua yang masih mengingat cerita tersebut.

Melihat situasi itu, Syekh Mudo akhirnya memilih untuk dirawat di surau muridnya sendiri, Syekh Angku Cibodak. Surau itu yang kini telah rata dengan tanah pernah menjadi tempat penuh hikmah, tempat seorang guru menenangkan diri dalam dekapan muridnya.

Sudutpayakumbuh.com, disambut hangat oleh cucu beliau, Hj. Darlis. Dalam percakapan yang bersahaja namun penuh kenangan, ia berkisah tentang masa ketika banyak orang datang menimba ilmu dari kakeknya. “Dulu ramai sekali yang belajar ke sini,” ujarnya dengan mata berkaca.

Zaman boleh berjarak, namun cinta terhadap ulama semestinya tidak berhenti di pusaranya. Seperti pesan yang tersirat dari perjumpaan itu: mencintai ulama bukan hanya kepada sosoknya, tapi juga menjaga silaturahmi hingga ke zuriat-zuriatnya, sebab di sanalah, ilmu dan berkah masih bernafas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *