Malam di Panorama Kayu Kolek, Nagari Tanjung Haro Sikabu-Kabu Padang Panjang, Kecamatan Luak, terasa ramai, Kamis (24/10/2025). Udara pegunungan yang sejuk berpadu dengan cahaya lampu-lampu tenda yang berkelip di sela pepohonan.
Dari panggung kecil yang didirikan di tengah arena, denting talempong dan gemerincing piring dari Tari Piring membuka helatan Camp Bakalamai yang digelar di jantung nagari itu. Grup Puti Ambang Bulan tampil penuh semangat, menandai dimulainya kegiatan yang tak hanya menghadirkan seni, tapi juga merayakan kebersamaan dan kearifan lokal.
Banyak peserta hadir malam pertama acara, tak hanya dari berbagai daerah di Sumbar, tapi juga ada turis mancanegara yang penasaran dengan kekayaan budaya nagari. Suasana hangat terpancar dari tawa dan sapa yang bersahutan di antara mereka, seolah membentuk lingkaran besar yang menyatukan perbedaan lewat seni dan alam.
Wali Nagari Panorama Tanjung Haro Sikabu-Kabu Padang Panjang (SITAPA), Nofrizal, S.Pd, yang secara resmi membuka acara, menyampaikan harapannya agar kegiatan ini menjadi momentum untuk menjaga dan menghidupkan kembali nilai-nilai budaya yang telah diwariskan.
“Mudah-mudahan ini akan menjadi sebuah harapan baru, dan tentu kami dari atas nama pemerintahan nagari berharap apa yang telah diinvestasikan di tempat kita ini bisa kita rawat, dan dijaga, dan bisa kita hidupkan kembali seperti yang kita lakukan di masa-masa yang lewat,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa Camp Bakalamai memperlihatkan semangat kekeluargaan yang kuat di tengah masyarakat.
“Kami melihat ini acara yang luar biasa karena kami lihat sangat kuat dalam bentuk kekeluargaan dan kebersamaan, dan kita di sini datang sebagai satu orang yang mungkin punya kesamaan visi, kesamaan hobi, serta kesamaan bagaimana dalam menyikapi kondisi kita di akhir-akhir ini,” lanjut Nofrizal. “Sehingga kita yang datang ini kamu yakin antara kita sama kita ini bukanlah orang asing, kita adalah orang dalam satu pemikiran yang sama.”
Selain Tari Piring, malam itu juga diisi dengan berbagai pertunjukan, mulai dari musik eksperimental oleh Deny Alpan, pantomim oleh Rhamanda Yudha Pratomo, performing art Renjana Jiwatrisna dari Dangau Studio, hingga musikalisasi puisi oleh Yeni Purnama Sari dan Mutiara Rimba.
Reflin Azwar, Ketua Komunitas Saga Batuah, menjelaskan bahwa Camp Bakalamai merupakan perwujudan konsep “Pustaka Alam” yang diusung komunitasnya.
“Secara praktis penerapannya dalam Camp Bakalamai adalah dengan pemilihan kegiatan yang berupa Camp sehingga secara langsung akan berhubungan dengan lokasi lanskap budaya yang menyimpan nilai budaya (hutan adat, sungai, ladang). Selanjutnya, memilih aktivitas yang bernilai simbolik. Kegiatan memasak menurut saya pribadi adalah kegiatan yang mengandung pembelajaran langsung dari sumbernya atau dapat dikatakan sebagai pembelajaran dari buku-buku yang tidak bersampul,” ujarnya kepada sudutpayakumbuh.com (15/10/2025).
Pelaksanaan kegiatan dari workshop Bakalamai sendiri dijadwalkan berlangsung Sabtu (25/10/2025) pada pukul 14.00-15.30 begitu yang tertera di rundown panitia acara, menjadi penanda bahwa sekuat apapun derasnya arus modernitas, masih ada ruang untuk kembali pada alam dan menyalakan kembali bara tradisi.
