SudutPayakumbuh – Tajuk Alek Mandeh digelar oleh Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) sebagai rangkaian acara Festival Budaya Matrilineal 2022.
Kegiatan Alek Mandeh ini mengusung tema Dialektika Perempuan Minangkabau dalam Khasanah Budaya Matrilineal Masa Kini.
Direktur Pelaksana Dede Pramayoza saat konferensi pers, Selasa 11 Oktober 2022 mengatakan pelaksanaan festival ini juga turut menggandeng Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat (BPNB Sumbar), para Ninik Mamak, Mandeh Soko, Perangkat Nagari Sijunjung, Pemerintah Daerah Kabupaten Sijunjung serta melibatkan unsur akademisi, budayawan, seniman, dan pegiat komunitas di Sumatera Barat dalam kepanitian festival.
“Secara konsep dasar, festival ini merupakan alat baca tentang kondisi terkini, serta pengetahuan mendalam atas praktik budaya matrilineal di Minangkabau sebagai stakeholder terbesar dari budaya matrilineal di Nusantara kita ini,” katanya.
Ia berharap Alek Mandeh ini dapat menjadi laboratorium dan pengalaman bersama untuk melihat pelbagai pandangan atas sistem budaya matrilineal hari ini yang dapat memberi gambaran tentang pihak-pihak dalam ekosistem budaya matrilineal.
“Selain itu, Alek Mandeh ini juga bertujuan untuk mencari semacam ‘kuda-kuda’ yang menjadi dasar pelaksanaan festival di masa yang akan datang,” ujarnya.
Alek Mandeh Libatkan 6 Nagari di Sumbar
Menurutnya, rangkaian Alek Mandeh diawali dengan Muhibah Budaya Matrilineal yang telah dimulai sejak minggu pertama bulan Oktober di 6 nagari dan kerajaan di wilayah Minangkabau.
- Nagari Pariangan di Tanah Datar,
- Nagari Sijunjung di Sijunjung,
- Nagari Siguntua di Dharmasraya,
- Nagari Lingkuang Aua di Pasaman Barat,
- Nagari Ulakan di Padang Pariaman, dan
- Nagari Inderapura di Pesisir Selatan sebagai lokus budaya matrilineal.
Lebih lanjut dijelaskannya bahwa kegiatan Alek Mandeh ini berbentuk kunjungan silaturahmi dan diskusi kelompok terpumpun guna mengumpulkan data awal dan menyiapkan keterwakilan masyarakat nagari dalam Musyawarah Gadang yang akan dilakasanakan pada puncak acara nanti tanggal 28 sampai 30 Oktober 2022 di Perkampungan Adat Jorong Padang Ranah Nagari Sijunjung Kabupaten Sijunjung.
“Selama 3 hari, pelbagai kegiatan Alek Mandeh akan dihelat seperti Pagelaran Baju Kuruang Basiba, Pameran Atribut Budaya Matrilineal, Pertunjukan Seni Matrilineal oleh para seniman perempuan seperti Rani Jambak, Deslenda, Zurmailis, yang dibagi dalam 2 panggung,” ujarnya.
Selain itu, dijelaskannya juga ada Musyawarah Gadang di Alek Mandeh yang hasilnya akan dijadikan sebagai semacam rekomendasi bagi pemajuan kebudayaan matrilineal.
“Pada hari terakhir festival Alek Mandeh ini akan ditutup dengan pertunjukan utama karya koreografer kenamaan yang telah malang melintang di dunia tari internasional, yaitu Uni Hartati dengan tajuk karya Jarum dalam Jerami tribute to Gusmiati Suid,” kata Dede.
Ia menjelaskan karya ini adalah ajakan untuk merasakan kepelanan, kelambatan, dan keheningan dalam mencari sesuatu yang berharga (jarum jahit), yang sering tak terlihat atau tak diacuhkan, namun justru penting untuk masa depan kita (untuk menjahit pakaian): yang salah satunya barangkali adalah budaya Matrilineal Minangkabau.
“Untuk informasi kegiatan Alek Mandeh ini secara berkala akan disediakan melalui kanal informasi yang dapat diakses melalui alamat website www.alekmandeh.id serta akun media sosial facebook dan instagram @alekmandeh,” ujar Dosen ISI Padangpanjang ini.