Di tengah gegap gempita perhelatan wisuda Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh (PPNP) ke-36 pada Sabtu (20/9/25), terselip sebuah kabar duka yang menorehkan luka dalam. Seorang wisudawan yang seharusnya menapaki panggung kebanggaan hari ini, justru telah lebih dahulu berpulang. Ia adalah M. Farhan Perdiandi, mahasiswa Program Studi Teknologi Rekayasa Pangan, putra Kabupaten Asahan, Sumatra Utara.
Farhan menghembuskan napas terakhir di kamar kosnya pada Jum’at (5/9/25). “Farhan memang ada sakit asma, cuman dia tidak pernah mengeluh. Tiba-tiba dia menghembuskan napas terakhirnya di kamar kos nya. Hal tersebut diketahui pertama kali oleh temannya saat dihubungi namun tidak ada tanggapan, lalu temannya berinisiatif mendatangi langsung ke kos,” tutur sang ibunda, Ibu Budianti, kala ditemui Sabtu (20/9/25) di Gedung Serbaguna PPNP.
Ia Santa terpukul ketika mendapat kabar tersebut. Di samping itu, saat ditanya perihal kepribadian sang anak, matanya berkaca-kaca.
“Ya, Farhan banyak temannya, dan ia anak yang memuliakan orang tuanya. Ia anak pertama kami dari tiga bersaudara. Banyak yang merasa kehilangan, teman, tetangga, bahkan dosen. Kampus ini juga sangat menghargai mahasiswanya,” ucapnya penuh getar.
Kepada sudutpayakumbuh.com, ibunda menambahkan, “Farhan sendiri telah sukses melaksanakan ujian komprehensif, hanya tinggal menunggu wisuda. Tapi Allah berkata lain, Allah sayang kepada dia.”
Seorang sahabat seangkatan, Lala, turut mengenang sosoknya. “Ya kalau saya pribadi, karena juga satu bimbingan, memang Farhan yang paling ceria di antara kami. Dia paling bisa menutupi rasa sakit, rasa sedihnya. Apa pun yang terjadi, ia selalu ketawa. Orang yang tidak kenal pasti mengira dia baik-baik saja,” kenangnya lirih.
Dengan wajah masih diselimuti pilu, Lala melanjutkan, “Saya sama sekali tidak percaya saat menerima kabar itu. Rasanya tidak mungkin, karena dia selalu bilang aku baik-baik aja. Apalagi beritanya datang tiba-tiba di grup. Tapi setelah kami telpon teman-teman lain, ternyata kabar itu benar adanya.”
Kini, di antara linangan air mata, Lala mencoba merelakan. “Sampai saat ini saya masih berusaha ikhlas, begitu pun teman-teman yang lain. Kami saling menguatkan satu sama lain.”
Farhan, yang dikenang ceria dan aktif oleh para sahabatnya, telah menorehkan akhir kisah dengan predikat memuaskan. Ia lulus dengan IPK 3,15, sebuah jejak yang akan senantiasa abadi dalam ingatan mereka yang pernah disentuh oleh senyumnya.