Kampung Jamur Payolinyam yang terletak di Kelurahan Tigo Koto Dibaruah Kecamatan Payakumbuh Utara Kota Payakumbuh yang direalisasikan pada 2019 lalu mampu hidupi 120 KK selingkungan Payolinyam dan hingga 2023 ini masih tetap eksis dengan banyaknya pengunjung berdatangan baik itu untuk penelitian, jual-beli jamur, pelatihan, belajar budidaya dan lainnya.
Pendiri Kampung Jamur Payolinyam sekaligus Pemilik Rumah Budidaya Jamur yang sudah mengudara selama 16 tahun terakhir, Danil Khairi dan Noviantini bercerita mengenai pengalamannya kepada sudutpayakumbuh.com bagaimana awal mulanya semua ide cemerlang ini tercetus.
Menurut Danil jamur Payolinyam ini berasal dari usaha sampingan, pada 2007 mendapatkan informasi seputar jamur tiram, tapi waktu itu belum ada pelatihan-pelatihan yang diajarkan seperti saat ini sehingga Danil mempelajari cara membuat jamur secara otodidak.
“Saya beli satu buku yang saya dapatkan di Medan, buku tentang bagaimana caranya bertanam jamur, ambo pelajari dan akhirnya berhasil,” ujar Danil Khairi saat ditemui di kediamannya pada Selasa 2 Mei 2023.
Meski apa yang dipelajarinya berhasil, namun Danil bersama istrinya Noviantini terkendala dari segi pemasaran karena baru bergerak sendiri susah untuk mendapatkan marketnya.
Ia berkisah bawah waktu itu Danil memanen hasil jamur berkisar 2-4 kilogram dan karena tiap pagi pergi mengantarkan pesanan untuk konsumen, Danil bertemu dengan orang-orang di lingkungan rumahnya yang semuanya dominan ibu-ibu.
“Akhirnya datang ide dari saya, saya bilang sama ibu-ibu yang ada di lingkungan dekat rumah ini mau gak saya tunjukkan cara cari uang daripada melamun-lamun seperti ini, saya usulkan untuk bersama-sama membuat jamur, setelah itu ada yang berminat sebanyak delapan orang, saya latih dan Alhamdulillah berhasil,” ujar Danil
Setelah itu dari delapan orang itu, menurut Danil pada 2010 masuk Pemerintah Kota dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) sehingga dibuatkan pelatihan kembali dengan porsi orang lebih banyak, dimana saat itu Pemko meminta 40 orang yang berminat untuk mengikuti pelatihan.
“Waktu itu saya saking semangatnya ya silahkan-silahkan saja, berapa pun orang yang dilatih ya silahkan, akhirnya yang ikut itu ada sekitar 40an orang dan intinya bagaimana usaha ini membudidaya hendaknya, Alhamdulillah yang 40 orang tersebut berhasil semua,” katanya.
Dikatakannya, maka dari PNPM melalui Dinas Kehutanan diberikan bantuan untuk dibuatkan pondok untuk budidaya jamur dan menurutnya sekarang itu istilahnya tiap rumah sudah punya pondok jamur dan pada 2019 direalisasikanlah Kampung Jamur Payolinyam.
“Dulu itu, ada 250-300 kilo tiap panen pagi hari bisa terpenuhi rutin dari kelurahan ke kelurahan,” ujarnya.
Lebih lanjut, dijelaskannya bahwa berbeda dari yang dulu, danil mengatakan untuk sekarang budidaya jamur sedikit merosot karena seiring perkembanganya sedangkan harga jualnya berada pada tingkat petani masih diangka 15 dan untuk sekarang panen jamur masih berkisar diantara 150 hingga 200 kilogram selingkungan Payolinyam bukan panen pribadi.
“Saya rutin tiap pagi mengirim ke Bukitinggi, Padang Panjang, Padang sesekali saya ngirim juga ke Dharmasraya, minimal mereka minta 10 sampai 20 kilogram. Jujur aja saya tiap pagi ngirim sekitar 40 kilogram, biasanya untuk pemesanan lewat whatsApp nanti mereka transfer dan baru dikirim,” ujarnya.
Lebih lanjut Danil bercerita untuk sekarang pasokan jamur juga berkurang, tidak ada yang sampai memenuhi permintaan. Seperti kebutuhan langganan yang berada di Bukittingi, menurut penuturannya ada dua langganan di Bukittinggi yang harus dikirimkan jamur tiap hari dengan minimal 34 kilogram.
“22 kilogram sendiri tapi kadang-kadang terpenuhi hanya 15 kilogram dan itu tidak terpenuhi karena stok bahan material tidak ada selain itu ambo mengisi jamur ke semuanya, seperti rendang jamur yang ada di payakumbuh,” katanya.
Tak hanya itu Danil juga menyarankan terkait penggunaan Bibit itu jangan lagi mendatangkan dari luar kota seperti Bandung dan Yogyakarta. Tapi para pelaku usaha jamur yang membuat bibit dari tangan sendiri.
“Harapannya kebutuhan bibit saja untuk kami se-lingkungan Payolinyam ini, kita yang bikin sendiri, kalau tidak tahu caranya kirim dulu orang setidaknya tiga orang untuk belajar ke luar kota itu, setelah pulang dapatkan ilmu dikerjakan atau dilatih sama-sama cara membuat bibit dari kita sendiri,” ujarnya.