Dua Pelajar SMAN 2 Payakumbuh Safanah Iqbal dan Annisah Dzakiyyah menggagas Batik Surau Tuo (BASUO) yang memakai motif dari ragam hias iluminasi manuskrip Surau Tuo Taram.
Penggagas Basuo Annisah Dzakiyyah mengatakan BASUO tercipta berawal dari melihat di Sumatera Barat banyak tersebar manuskrip atau naskah kuno terutama di surau-surau namun manuskrip ini sudah banyak tidak dikenal khalayak karena rusak. Salah satu manuskripnya ada di Surau Tuo Taram dan di manuskrip tersebut terdapat iluminasi (hiasan tepi) dengan motif yang unik.
“Kebetulan juga kabupaten Lima Puluh Kota sebagai penghasil gambir dan pinang maka kami memanfaatkan limbahnya sebagai bahan pewarna sehingga ada memuat konsep ekonomi sirkular,” kata Annisah saat dihubungi sudutpayakumbuh.com pada Senin, 29 Juli 2024.
Ia juga mengatakan dalam hal memproduksi BASUO juga mengalami kendala sepertidi harga jual dikarenakan masyarakat sekitar masih banyak awam dengan batik tulis sehingga kadang disamakan dengan harga batik print namun untuk itu tim mengakali dengan membuat produk yang dikolaborasikan dengan bahan lain, sehingga tidak 100% kain batik jadi harganya juga dapat bersaing dengan pasaran.
“Untuk saat ini sudah dipasarkan secara offline dengan sekolah, lalu di objek-objek wisata, dan festival seperti Festival Batuang kemaren kak. Kami juga memasarkan secara online di media sosial dan e-commerce,” ujarnya.
Untuk ke depannya Annisah bersama rekannya berharap BASUO bisa berkembang dengan baik dari aspek motifnya dengan memanfaatkan manuskrip lainnya yang tidak hanya manuskrip surau tuo taram. Kemudian dari aspek pewarnaan BASUO dapat eksplor pewarna alami dari limbah lain sehingga semakin mengurangi limbah.
“Dari aspek design semoga dapat dikembangkan lebih banyak design multifungsi agar fast fashion dapat dihindari, peluang kerja baru diharapkan semakin bertambah dan semua kolaborasi bersama UMKM lokal dapat sama-sama berkembang, pelestarian budaya yang dikemas dengan gaya kekinian pun semoga bisa terus eksis dan terjadi koservasi budaya,” tutupnya.