Globalisasi adalah hal mutlak dan tidak bisa dihindari. Banyak hal tergerus, yang lama digantikan dengan yang baru. Bak kata pepatah minang, “sakali aia gadang sakali tapian barubah”. Budaya menjadi aspek utama yang dapat tergantikan oleh arus globalisasi. Semulanya budaya tradisional yang elok dan dijunjung tinggi, perlahan mulai ditinggalkan karena budaya luar dipandang lebih praktis dan kekinian. Menurut studi yang dilakukan di salah satu SMA di Kabupaten Kepulauan Talaud, globalisasi informasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan sosial budaya generasi muda yang ada di SMA tersebut. Hal ini terlihat dari hasil analisis korelasi antara globalisasi informasi dengan kehidupan sosial budaya generasi muda yang mempunyai daya penentu sebesar 58,45%, sedangkan sisanya 41,55% ditentukan oleh variabel lainnya.
Minangkabau pun demikian, betapa kaya dan megahnya budaya yang diwariskan tetap saja tak kuasa membendung arus globalisasi. Budaya lokal terhitung beberapa kali dirampas oleh negara asing karena minimnya pelestarian dari masyarakat itu sendiri. Sering pula dijumpai, masyarakat Minangkabau di perantauan yang rindu akan suasana kampung halamannya tidak memiliki kesempatan untuk menikmatinya kembali. Kedua hal tersebut diperparah dengan semakin pudarnya kebudayaan yang menjadi tradisi akibat perkembangan teknologi yang ada dan terus berkembang.
Minang Culture Festival (MCF) hadir sebagai wadah bagi mahasiswa Minangkabau Universitas Indonesia untuk melakukan pelestarian budaya Minangkabau. Bukan hanya itu, acara ini juga hadir sebagai ajang silaturahmi antar mahasiswa, alumni, dan masyarakat Minangkabau baik yang berada di perantauan maupun kampung halaman. Melalui acara MCF, pelestarian budaya yang dilakukan oleh mahasiswa Minangkabau adalah dengan menghadirkan Pre-Event berupa lomba pembuatan video dengan tema budaya-budaya yang ada di masyarakat Minangkabau dan tempat-tempat yang merupakan ciri khas dari Minangkabau itu sendiri.
Pelestarian budaya yang diselenggarakan oleh MCF ini, akan dilanjutkan dengan Main Event yang menghadirkan pertunjukan musik, tari, short movie, dan vlog dari budaya Minangkabau pada tanggal 17 Juli 2021 mendatang.
Dengan adanya acara MCF ini, diharapkan mampu menjawab permasalahan-permasalahan budaya Minangkabau. MCF juga ditujukan agar masyarakat dapat menumbuhkan kecintaannya terhadap kebudayaan nasional Indonesia, terutama kebudayaan Minangkabau. Acara ini menjadi ajang pelestarian dan penampilan kesenian Minangkabau sekaligus mengapresiasi karya-karya dari mahasiswa Ikatan Mahasiswa Minang Universitas Indonesia.
Acara ini dipersembahkan kepada masyarakat Minang di seluruh dunia, seperti pegiat seni, mahasiswa, alumni, bahkan masyarakat umum yang tertarik untuk melestarikan budaya Minangkabau. Bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai acara MCF, bisa berkunjung ke campsite.bio/mcf.
Bak itiak sayang ka anak nyo
Cikua hilang induak ndak tanang
Marilah basamo manjago
Adaik budayo taruih takanang
Referensi:
Wabaa, Martha. dkk. 2014. “Pengaruh Globalisasi Informasi terhadap Kehidupan Sosial Budaya Generasi Muda (Suatu Studi di SMA Negeri 1 Beo Kabupaten Kepulauan Talaud)” dalam Jurnal Administrasi Publik: Vol, 4 No 5 (2014) https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JAP/article/view/5869/5402 diakses pada 24 Mei 2021