Categories Artikel

UNP Berinovasi: Perlunya Pendidikan Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Sekolah

Penulis : Deri Andespa, S.Pd (Guru SMAN 2 Sikakap Kepulauan Mentawai)*

Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang rawan mengalami gempa bumi dan tsunami, hal tersebut dikarenakan Indonesia memiliki letak geografis yang berada di atas beberapa lempengan tektonik, di tengah-tengah daerah cincin Api pasifik, jalur gempa Alpide, dan memiliki banyak gunung berapi. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini saja sudah terjadi sebanyak 13 kali gempa bumi dengan magnitudo besar dan menelan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Paling banyak itu terjadi di Sumatera Barat.

Sumatera barat termasuk kawasan rawan gempa bumi disebabkan letaknya di pantai barat Sumatra yang secara tektonik berada berdekatan dengan zona subduksi(subduction zone), yaitu zona pertemuan/perbatasan antara 2 lempeng tektonik yaitu lempeng India-Australia ke bawah lempeng Eurasia. Masih segar diingatan kita bencana gempa di Kota Padang tanggal 30 September 2009 lalu. Menurut data pemerintah daerah Sumatera Barat, peristiwa itu mengakibatkan 1.115 orang tewas dan 2.329 lainnya terluka, 279.000 bangunan mengalami kerusakan, serta berdampak pada 1.250.000 warga di kawasan. Selain Kota Padang, daerah yang juga paling dikhawatirkan akan bencana gempa bumi adalah kepulauan Mentawai, karena kebanyakan gempa yang terjadi berada dibawah laut yang dikhawatirkan memicu munculnya gelombang Tsunami. Tentu kita semua masih ingat peristiwa gempa bumi yang disertai tsunami di Mentawai pada tanggal 25 Oktober 2010 lalu dengan kekuatan 7,2 SR.

Bencana ini sangat banyak menelan korban jiwa dan merusak infrastruktur. Selain itu, beberapa bulan terakhir pun ditahun 2021 ini, tercatat banyak sekali gempa bumi terjadi. Seperti yang baru-baru ini terjadi gempa bumi pada tanggal 12 mei 2021 dengan Magnitudo 5,1 SR dengan pusat gempa berada di darat 55 km barat laut Mentawai pada kedalaman 17 km. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi lempeng tektonik daerah kita masih tidak stabil. Untuk itu, berbagai upaya mitigasi pun dari instansi terkait sudah banyak dilakukan dimasyarakat dengan tujuan untuk mengedukasi masyarakat agar selalu siaga dalam menghadapi bencana gempa bumi.

Upaya mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami ini pun juga perlu digiatkan kembali dikalangan sekolah khususnya untuk peserta didik, mulai dari sekolah dasar (SD) sampai kepada sekolah menengah atas (SMA/MA/SMK). Sekolah hendaknya kembali menghiasi lingkungannya dengan memasang tanda-tanda peringatan serta informasi yang perlu dilakukan saat pra dan pasca terjadinya bencana gempa bumi tersebut. Selain itu sekolah juga bisa melakukan simulasi terjadwal jika terjadi gempa bumi.

Ketika pelaksanaan simulasi, tidak hanya anak-anak dan pihak sekolah, orang tua pun dapat dilibatkan dalam kegiatan ini. Simulasi hendaknya dilakukan dengan serius dan sangat menyerupai situasi terjadinya gempa bumi dan tsunami. Saat simulasi, berbagai cara dan teknik diajarkan kepada peserta didik dan disimulasikan oleh seluruh pihak yang terlibat. Materi simulasi yang disampaikan mulai dari hal-hal kecil seperti cara berlindung untuk menghindari reruntuhan bangunan sampai pada teknis evakuasi masal jika terjadi gempa dan tsunami yang sangat kuat. Proses evakuasinya pun disimulasikan secara matang dan menyerupai kondisi aslinya. Pemilihan jalan, pemilihan cara menghindari bangunan dan cara menjauhi tempat yang mengalami kerusakan hebat pun disimulasikan oleh anak-anak dan pihak lainnya.

Selain itu guru juga dapat mengintegrasikan materi pembelajaran yang ada disekolah dengan mitigasi bencana gempabumi. Guru bisa membuat bahan ajar yang didalamnya terdapat pengetahuan mitigasi bencana gempa bumi. Seperti pada mata pelajaran Fisika, dimana Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala/fenomena alam disekitar kita. Salah satu konsep Fisika yang bisa diintegrasikan dengan mitigasi bencana gempa bumi adalah konsep getaran dan gelombang. Pengintegrasian materi ini dengan bencana gempa bumi diharapkan dapat memberikan pengetahuan mitigasi bencana gempa bumi kepada peserta didik.

Tentu saja untuk melaksanakan pendidikan mitigasi bencana ini perlu kerja sama semua pihak terkait, selain itu masyarakat pun diharapkan bisa berperan dan berpartisipasi aktif dalam melaksanakan kegiatan ini.

Jika pendidikan mitigasi bencana ini sudah terprogram dengan baik sejak dini melalui sekolah, maka setidaknya anak-anak dan masyarakat lainnya sudah mengetahui langkah dan cara jika terjadi gempa bumi dan tsunami melanda wilayahnya. Dengan demikian jumlah korban akibat terjadinya gempa bumi dan tsunami bisa diminimalisir semaksimal mungkin.

Deri Andespa, S.Pd adalah seorang Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan Fisika UNP di bawah bimbingan Dr. H. Ahmad Fauzi, M.Si

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *