Dimana ada kemauan di situ pasti ada jalan. Inilah yang mungkin diterapkan oleh gadis kelahiran Payakumbuh, 3 April 1998 dan memiliki nama lengkap Cici Pratama Annesta dalam menorehkan prestasi baik itu tingkat provinsi maupun nasional.
Sepintas, anak pasangan dari Nasrial, 46, dan Reflita, 43, terlihat seperti anak pada umumnya. Namun siapa menyangka buah hati Nasrial tersebut merupakan seorang anak tunarungu.
Nasrial bercerita saat anaknya berumur 1,5 tahun sampai 2 tahun mengalami demam tinggi dan harus dilarikan ke rumah sakit. Saat itu, Nasrial yang menikah pada tahun 1996 tersebut masih berada di Batam, Kepulauan Riau.
“Cici ini waktu lahir dalam keadaan normal dan masih mendengar serta berbicara normal. Tapi waktu itu dia mengalami step atau demam sangat tinggi. Akibatnya dokter mengatakan akan terjadi sesuatu pada anaknya setelah sembuh,” ujarnya saat ditemui di rumahnya, Selasa (22).
Ia mengungkapkan ada dua kemungkinan yang akan terjadi pada anaknya setelah sembuh. Hal ini diinformasikan dokter setelah kondisi anaknya membaik dan diperbolehkan pulang.
“Demam tinggi yang terjadi pada anak Bapak akan berpengaruh antara mata yang bermasalah atau pendengarannya yang bermasalah,” kata Nasrial menirukan ucapan sang dokter pada waktu itu.
Setelah beberapa waktu kemudian ternyata memang pendengaran anaknya mulai bermasalah dan juga akan berpengaruh terhadap daya ucapnya. Mendapatkan kenyataan tersebut, Nasrial bersama sang istri masih berupaya memeriksa keadaan putrid pertamanya ke dokter di Padang.
“Usai pulang dari RS di Batam, saya sekeluarga memutuskan untuk kembali pulang ke kampung halaman istri di Payakumbuh. Untuk memastikannya saya langsung memeriksakannya ke dokter di Padang tapi hasilnya tetap sama. Diperkirakan kondisi pendengaran anak saya tinggal 35 persen,” ujarnya.
Melihat kondisi anaknya yang demikian, Nasrial tetap mendidik anaknya dengan menyekolahkan di sebuah TK. Tapi karena kondisi anaknya yang masih belum memperlihatkan perkembangan akhirnya Cici kecil dipindahkan ke TK Luar Biasa hingga saat ini telah menamatkan studinya sampai jenjang SMP.
“Alhamdulillah, di tengah keterbatasan yang dimilikinya Cici masih bisa berprestasi dan membanggakan kedua orang tuanya. Berbagai lomba dan kegiatan diikutinya, ia berhasil menorehkan prestasi,” katanya.
Cici Pratama Annesta memang sebagai salah seorang siswa luar biasa berprestasi di Kota Payakumbuh. Pasalnya beberapa waktu lalu ia membawa nama Payakumbuh ke tingkat Sumbar dan meraih medali emas.
Cici yang ditemui di rumahnya mengatakan lewat bahasa isyarat kepada Nasrial dan disampaikan kepada SudutPayakumbuh.com mengungkapkan medali emas tersebut diraihnya pada Pekan Paralympic Pelajar Daerah (Peparpeleda) Sumbar. Prestasi tersebut membuat dirinya menjadi salah satu kontingen Sumbar yang berangkat ke Bandung, Jawa Barat untuk mengikuti Pekan Paralympic Pelajar Nasional VII 2015.
“Saya berhasil menjadi juara III dan membawa medali perunggu pulang,” ujar Cici dengan bahasa isyaratnya yang dicampur dengan ucapan dari mulutnya.
Selain itu, prestasi lain yang pernah diraihnya adalah Juara II Lomba Kewirausahaan SMPLB/ Inklusif 2014 dan Juara III Olimpiade IPA SMPLB/ MTsLB/ SMP Inklusif/ Mts Inklusif 2015. Namun di balik prestasi yang dimilikinya tersebut ternyata kakak dari Fauziah Rahmadhani ini memiliki rasa kurang percaya diri terhadap lingkungan sosialnya.
“Saya menganggap semua orang itu sama. Tapi kadang dalam komunikasi saya kurang PD dan lebih memilih untuk diam,” katanya singkat didampingi sang Ayah, Nasrial.
Butuh Alat Bantu Pendengaran dan Mesin Jahit
Melihat kondisi tersebut, saat ini Nasrial tengah berupaya mencari bantuan untuk melengkapi alat bantu pendengaran yang dibutuhkan anaknya untuk bisa mendengar dengan baik. Sehingga nantinya akan berdampak dalam kehidupan sosial anaknya.
“Tujuannya hanya untuk Cici bisa berkomunikasi dengan baik di tengah masyarakat, mengembalikan rasa percaya dirinya, dan untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Kemudian saya juga tengah mengusahakan sebuah mesin jahit untuk menunjang kemampuan yang dimilikinya sebagaimana cita-citanya untuk menjadi seorang penjahit,” kata Nasrial berharap.
Meskipun hobi dalam olahraga bulu tangkis atau badminton ternyata Cici memiliki kepandaian lain yaitu menjahit. Hal ini dibuktikannya dengan memperlihatkan hasil olahan tangannya menggunakan mesin jahit yaitu sebuah dompet tangan wanita.
“Semoga apa yang saya cita-citakan ini yaitu menyediakan alat bantu pendengaran dan mesin jahit utuk Cici bisa terealisasi secepatnya. Saya berharap ada bantuan dari pemerintah maupun pihak swasta agar membantu keinginan saya ini demi buah hati kami,” ujar Nasrial mengakhiri. (*)