Jamaah haji lanjut usia (lansia) dominasi jamaah yang akan berangkat haji tahun 2023 di Kota Payakumbuh.
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Payakumbuh H Joben mengatakan pemberangkatan jamaah haji tahun lansia in dikarenakan usia tua di atas 60 tahun tidak berangkat pada tahun 2022.
“Sementara saat ini sudah otomatis masuk dalam kuota 2023 dan pemberangkatan tahun ini tidak lagi pemberangkatan pandemic sehingga jadi berangkat 100 persen,” katanya.
Ia mengakui bahwa ada sedikit kelemahannya dibandingkan 2022, hal ini sebagai efek pemberangkatan 2022 sehingga mau tidak mau jamah haji yang usia tua akan lebih banyak.
“Kalau jamaah haji banyak di usia tua, tentu dari sisi membimbing jamaah akan lebih sulit daripada biasanya karena jamaah tua ini nanti banyak yang tidak sanggup untuk bertawaf sendiri, tidak sanggup untuk Sai, begitu pun perjalanan selama berada di Arafah, Muzdalifah dan Mina melempar jumrah,” kata H. Joben saat ditemui sudutpayakumbuh.comdi ruangan kerjanya Kantor Kemenag Payakumbuh pada Kamis, 19 Januari 2023.
Ia menjelaskan pihaknya sudah melakukan antisipasi melalui pemerintah Indonesia, dimana nantinya di Arab Saudi akan ada petugas yang berjaga dan siap sedia terutama di pelataran tawaf dan sai.
“Tujuannya untuk mengantisipasi jika ada jamaah haji yang kedapatan tidak mampu bertawaf dan bersai karena faktor usia, maka dari itu petugas akan diposisikan di sana dan sebelum-sebelumnya ini tidak ada, cuma kemarin itu kalau sekadar memantau jamaah yang ada itu memang ada tapi tidak ada yang dikhususnya untuk menangani jamaah yang bertawaf serta bersai, itu salah stau inovasi yang akan dilakukan pemerintah pada tahun 2023,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia berharap kepada jamaah haji yang sudah tua untuk bisa mempersiapkan dirinya lebih matang dan melakukan praktik-praktik yang akan dilakukan di tanah suci.
“Misalkan Tawaf kan jalan sekian kilo terus Sai juga sekian kilo, tapi dilatih mulai sekarang jadi jamaah sekarang ini kalau dapat selalu merutinkan untuk jalan,” ujarnya.
Menurutnya, ibadah haji identik dengan ibadah fisik yang tidak mengabaikan ibadah rohani, artinya rohaninya juga dilakukan pembimbingan serta dari sisi fiqih, aqidah, kalau perlu dari sisi sufinya karena ibadah ini supaya bernilai makna-makna kesufian juga dihadirkan kepada jamaah haji.
“Jadi jamaah haji itu beribadah bukan hanya dari sisi zahirnya saja tapi bathinnya juga ikut beribadah dan itu harus ada pembibingannya oleh kita, sehingga dia bisa mendapatkan haji lahir bathin. Kadang-kadang kan syariat saja yang dijalankan, udah keliling Sai tapi dibathinnya kadang- kadang masih terabaikan,” katanya.